Dili (timorpost.com)–Hari Relawan Internasional dirayakan setiap tahun pada tanggal 5 Desember. Tanggal tersebut ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai cara untuk mengakui dan mempromosikan kerja relawan di dunia.
Saat ini banyak orang yang hanya mementingkan kehidupan pribadinya, namun masih ada yang mementingkan kepentingan bersama.
Selain belajar atau bekerja, sebagian orang mendedikasikan waktunya untuk kegiatan sukarela di komunitasnya, seperti bersih-bersih, nasihat hukum, berbagi informasi tentang dampak sampah dan perubahan iklim.
Agapito dos Santos, aktivis lingkungan menilai Timor “memiliki banyak masalah sosial yang perlu diperhatikan”. Sampah, penggundulan hutan, erosi atau perubahan iklim, antara lain, adalah beberapa masalah mendesak yang harus dihadapi lebih serius di Timor-Leste.
Pengamat lingkungan menjelaskan bahwa pengabdian sukarela adalah cara untuk meningkatkan kompetensi akademik, selain berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Agapito meyakinkan bahwa “negara kita bisa menjadi tempat yang bersih dan sehat, jika masyarakat sadar bagaimana sampah harus diolah”.
“Lebih baik dilakukan, sebelum bertanya. Artinya, terkadang kita menuntut hak kita, tapi melupakan kewajiban kita”, ujarnya.
Bagi seorang aktivis, setiap anak muda harus memiliki perjuangannya masing-masing.
Zeferino Guterres, mahasiswa Universitas Nasional Timor Lorosae (UNTL), adalah ketua Tim Pembersihan Sukarela. Bersama rekan-rekannya dan kelompok relawan lainnya, mereka membangun taman Pendidikan Lingkungan, di depan Kedutaan Besar Jepang, memberikan kehidupan baru pada ban bekas. Juga, mereka membersihkan jalan-jalan kota dan menanam pohon di pegunungan Cristo-Rei, Dolok-Oan dan tempat-tempat lain yang berisiko mengalami deforestasi.
Semangat Zeferino terhadap lingkungan dan, yang terpenting, untuk membantu orang lain dimulai di sekolah menengah.
Baginya, negara tidak akan maju jika semua orang menunggu sesuatu.
“Sungguh menyedihkan ketika masalah sampah bukan disebabkan oleh hewan yang tidak berakal, tetapi oleh hewan yang berakal”, ujarnya sedih.
Terakhir, Zeferino mengingatkan pihak-pihak terkait seperti Kementerian Lingkungan Hidup, Pariwisata, Pendidikan untuk lebih memperhatikan masalah lingkungan, dan agar anak muda juga sadar akan masalah tersebut dan bergabung dengan organisasi sukarela, karena “anak muda adalah solusi pembangunan.
459 total views, 3 views today