Dili (Timorpost.com)—Perwakilan Kedutaan Besar Vatikan di Timor-Leste (TL), Monsinyur Marco Sprizz, hari ini bersama Media Timor Post dalam rangkah merayakan 10 tahun pemilihan Paus Francisco, dan juga membawa pesan Paus Tentang Hari Komunikasi Sosial Dunia Ke-57.
Monsinyur Marco Sprizzi, tiba di kantor Timor Post, pada pukul 10 WTL, langsung disambut oleh Direktur Eksekutif Timor Post Jacob Ximenes, bersama staff Timor Post.
Dalam kunjungan tersebut, Direktur Eksekutif Timor Post Jacob Ximenes memberikan perkenalan singkat tentang peran dan keberadaan media Timor Post.
“Atas nama seluruh staff di Timor Post, mengucapkan selamat datang untuk perwakilan Paus Francisco di Timor-Leste, Monsinyur Marco Sprizzi, dengan berkenan hati datang ke Timor Post untuk bersama merakayan 10 tahun aniversari pemilihan Paus bersama kami.” Kata Diretor Timor Post, Jacob Ximenes, di Edifísiu Timor Post, Senin, (13/03).
Ia mengatakan, kunjungan ini merupakan suatu priveligi yang besar, karena di kalangan media di Timor-Leste, monsinyur memilih Timor Post untuk merayakan HUT pemilihan Paus dan juga untuk berbagi pesan tentang Hari Hari Komunikasi Sosial Dunia Ke-57 yang akan berlangsung pada 21 Mei.
Pada kesempatan yang sama, Monsinyur Marco Sprizzi mengatakan bahwa tujuan kunjungan ini adalah untuk merayakan peringatan 10 tahun pemilihan Paus.
“Saya memilih media Timor Post, sebagai tempat kunjungan sekaligus membawa pesan Papa pada hari komunikasi Sedunia yang ke-57 diamana akan dirayakan pada 21 Mei tahun ini. Ia juga menegaskan alasan mendasar memilih media Timor Post karena dalam setiap hari selalu membaca berita dari koran Timor Post. Ia juga memuji perkembangan media itu sendiri, khususnya di sisi online TVTP, karena dapat membuka jalan untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat yang tidak memiliki Suara.
Katanya, pesan yang ditulis oleh Paus menyatakan bahwa profesi seorang jurnalis adalah misi, oleh karena itu seorang jurnalis harus “Bicara dengan Hati”,
“Sebab Hatilah yang mendorong kita untuk datang, melihat, dan mendengarkan. Dan, hati itu pulalah yang menggerakkan kita berkomunikasi secara terbuka dan ramah,”.
Maka, seorang jurnalis harus memberikan informasi yang kredibel dan transparansi kepada masyarakat terkait fenómenu yang terjadi.
Jurnalis juga harus menjadi aktor rekonsiliasi dan dialog untuk membawa kebenaran kepada semua masyarakat.
“Karir profesional seorang jurnalis adalah mengonsumsi informasi yang tepat dalam membagi informasi yang baik bagi masyarakat, jadi jurnalis harus berbicara dengan hati, memupuk dengan cinta. Karena dasar dari cinta yaitu kasih yang melimpa. Semoga dengan Kasih kita dapat berkomunikasi dengan bebas, bersih, dan ramah”.
Oleh karena itu, agar dapat mengomunikasikan kebenaran dengan kasih, seseorang perlu menyucikan hatinya. Hanya dengan mendengarkan dan berbicara melalui hati yang murni, kita dapat melihat melampaui apa yang tampak dan dapat mengatasi suara-suara tidak jelas yang dalam hal informasi.
Seruan berbicara dengan hati merupakan tantangan yang radikal bagi zaman kita, yang cenderung tidak peduli dan marah, bahkan kerap mengeksploitasi kebenaran dan menyebarkan informasi palsu.
1,097 total views, 3 views today